Sapi Bali, warisan nenek moyang yang berharga
Sapi Bali merupakan sapi lokal Indonesia yang berasal dari Pulau Bali, serta keturunan langsung dari Banteng yang masih hidup di Taman Nasional Ujung Kulon dan Baluran. Sapi Bali telah mengalami domestikasi selama ratusan tahun, yang menyebabkan ukuran sapi Bali menjadi lebih kecil dibandingkan Banteng.
Apabila kita mengunjungi Museum ternak tertua Eropa yang ada di Universitas Martin Luther Jerman, foto Sapi Bali terpampang gagah di salah satu dindingnya. Foto tesebut dibuat pada tahun 1827. Hal ini patut membuat kita bangga karena sapi asli Indonesia sudah dikenal bangsa Eropa pada jamannya perang Diponegoro. Ilmuwan Eropa sudah mengidentifikasi bahwa Sapi Bali ini unik dan patut dipertimbangkan sebagai salah satu bangsa sapi unik di dunia.
Prof. Ronny Rachman Noor (Guru Besar Fakultas Peternakan IPB) menhyebutkan bahwa ada tujuh keajaiban pada Sapi Bali, yakni dapat bertahan pada kondisi lingkungan marjinal dengan kualitas pakan yang rendah dan memiliki persentasi karkas tertinggi (bahkan tertinggi di dunia). Sapi Bali merupakan salah satu dari sedikit bangsa sapi di dunia yang warna kaki bagian bawah dan daerah seputar pantatnya berwarna putih (gen pengatur pola warna ini hanya ada di Sapi Bali).
Sapi Bali juga satu-satunya sapi domestik yang warna jantan dan betinanya sama pada saat lahir tetapi berbeda pada saat dewasa kelamin. Sapi Bali masih memiliki nenek moyang yang masih hidup. Sapi Bali satu-satunya sapi di dunia yang memiliki keunikan pita hemoglobin. Sapi Bali juga memiliki penanda HEL9 dan INRA 35 DNA mikrosatelit sebagai penciri khasnya. Dan satu-satunya bangsa sapi yang memiliki penyakit khusus yaitu Jembarana.
Karena keunikannya ini, maka Sapi Bali menurut taksonomi digolongkan sebagai bangsa sapi tersendiri yaitu Bos sondaicus atau Bos javanicus yang berbeda dengan Bos taurus (sapi Eropa) dan Bos indicus (sapi Asia Timur).
Keunikan-keunikan ini menjelaskan bahwa Sapi Bali merupakan warisan nenek moyang yang sangat berharga.