Peternakan berperan pemenuhan gizi dan kurangi malnutrisi
Guru besar Fakultas Peternakan IPB Prof Ronny Rachman Noor mengatakan peternakan rakyat dengan ternak lokalnya berperan dalam pemenuhan gizi dan pengurangan masalah malnutrisi.
“Peternakan rakyat dengan memanfaatkan ternak lokal dapat dijadikan andalan dalam mengurangi masalah malnutrisi di Indonesia, terutama wilayah pedesaan,” kata Ronny dalam kegiatan pra orasi guru besar IPB di Kampus Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Untuk itu Ronny mengapresiasi dan mendukung program yang akan diluncurkan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yakni pengentasan kemiskinan berbasis pertanian. Program tersebut diberi nama Bekerja, singkatan dari bedah kemiskinan rakyat sejahtera. Rencananya akan diluncurkan pada tanggl 23 April mendatang di Cianjur. Program pengentasan kemiskinan berbasis pertanian dapat menjadi solusi permanen menyasar jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, serta menjangkau 1.000 desa di 100 kabupaten.
Untuk jangka pendek, tanaman sayuran dan holtikultura bisa menjadi solusi karena bisa dipanen dalam waktu tiga bukan. Untuk jangka menengah diberikan ayam, dan kambing. Karena ayam dalam waktu enam bulan sudah bisa bertelur, dan dagingnya bisa juga dipanen. Ronny mendukung program tersebut karena sangat cocok untuk mendukung ketahanan pangan di wilayah pedesaan dan wilayah ujung Indonesia.
“Kalau bisa pemberian ternak ini disesuaikan dengan tradisi dan kebiasaan masyarakat setempat. Jika mereka terbiasa memelihara domba, beri domba, jangan hanya ayam,” katanya.
Menurut mantan Atase Pendidikan dan Kebudayaan di KBRI Cambera, Australia ini, program Bekerja yang akan diluncurkan oleh Kementan bukan barang baru, tetapi sudah pernah dilaksanakan pada era pemerintahan Presiden Soeharto.
“Sebenarnya bukan program baru, program ini sudah ada di zaman Pak Soeharto, dan berhasil, ini hanya mengulangi lagi,” katanya.
Ia mengatakan memberikan bantuan berupa ternak jauh lebih baik dan efektif bagi masyarakat dari pada memberikan bantuan langsung tunai atau BLT. Untuk bisa menyukseskan program ini, Ronny menyarankan harus ada pendampingan. Masyarakat yang mendapat bantuan ternak ayam, maupun domba tidak dilepas begitu saja.
“Beri pendampingan, jika ada penyakit bagaimana mengatasinya. Selain itu bantu juga pemasarannya. Telur yang dihasilkan dikumpulkan di mana, entah ke koperasi atau jualnya ke mana,” katanya.
Menurutnya pendampingan juga penting, membuat kelompok ternak, sehingga produksi telur yang dihasilkan masyarakat tidak dipermainkan oleh tengkulak. Ronny mengatakan bantuan tersebut dapat diberikan kepada masyarakat yang ada di ujung Indonesia yang belum terjangkau bantuan. Program ini memberikan kesempatan masyarakat terpencil membentuk pertanian tanaman pangannya sendiri.
“Pertanian berkontribusi menurunkan kemiskinan,” katanya.
Ronny menambahkan ternak lokal berperan besar dalam menunjang ketahanan pangan terutama di wilayah terpencil dan terluar Indonesia. Sementara itu program pengentasan kemiskinan berbasis pertanian ini akan dilaksanakan di Pulau Jawa, Provinsi Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, dan Lampung. Program ini selain merangkul pemerintah daerah, juga bersinergi dengan kementerian terkait yakni BUMN, Kementerian Desa, Transmigrasi, dan Daerah Tertinggal, BKKBN dan lainnya. (Antaranews)