Kuliah Umum di IPB :Ayam Indonesia Masuk Satwa Termahal Di Dunia
Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli), Drs. Ade Zulkarnain mengatakan tren perkembangan usaha ayam lokal menunjukkan peningkatan sangat baik sekali. Hal ini Ia sampaikan dalam Kuliah Umum Prospek Bisnis Unggas Lokal di Indonesia yang digelar di Auditorium J.H.Hutasoit Fakultas Peternakan Kampus IPB Drmaga, (14/3).
Drs. Ade mengajak mahasiswa IPB untuk sama-sama membangun unggas lokal Indonesia dan
perlu adanya regenerasi dari kalangan muda. Generasi muda harus mulai berpikir bagaimana mengangkat sumberdaya genetik negeri sendiri.
Menurutnya prospek pengembangan unggas lokal sangat baik. Unggas lokal merupakan plasma nutfah asli Indonesia sehingga tidak perlu impor bibit. Unggas lokal memiliki cita rasa yang khas. Produk ternak sehat memiliki segmentasi pasar menengah ke atas. Saat ini pelaku usaha riil berasal dari peternak rakyat/skala Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
“Sesungguhnya asal usul ayam-ayam yang ada di dunia itu berasal dari tiga wilayah yaitu China, Lembah Indus dan Indonesia. Awalnya kita memiliki sekira 30 an spesies ayam tapi kini tinggal 26 spesies. Dan 80 persennya hampir punah,” ujarnya.
Adapun ayam-ayam asli Indonesia adalah Ayam Kedu (putih, hitam, blorok, cemeni), Ayam Sentul, Ayam Pelung, Ayam Gaok, Ayam Jantur, Ayam Delona, Ayam Sedayu, Ayam Ayunai, Ayam Olagan, Ayam Sumatera, Ayam Ciparage, Ayam Tolaki, Ayam Tukong, Ayam Gaga (Ayam Ketawa), Ayam Kampung, Ayam Kokok Balengek, dan Ayam Bekisar.
Sementara ayam pendatang atau Ayam Arab adalah Ayam Merawang (braekel/fayoumi) dan Ayam Nunukan Wareng.
Sejarah penyebarannya, tahun 1800 ayam asli Indonesia dibawa ke Inggris. Ayam Sumatera pertama kali dibawa ke Amerika pada tahun 1847.
“Ayam asli Indonesia masuk dalam 10 satwa termahal dunia, harganya bisa mencapai 33 juta rupiah per ekor. Saat saya ke luar negeri, saya pernah beli DOC Ayam Sumatera seharga 2 juta. Ini artinya ayam Indonesia sangat bernilai di mata dunia bahkan salah satu ayam lokal kita sudah diakui oleh Amerika,” terangnya.
Bahkan akhir bulan ini, satu komoditas di perusahaan yang dirintis Drs. Ade akan siap masuk pasar export. Hal ini menujukkan bahwa sebenarnya ayam lokal Indonesia punya potensi yang bagus untuk dikembangkan.
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Peternakan (Fapet), Prof. Sumiati berharap bahwa kegiatan ini bisa membangun dan memotivasi kecintaan generasi muda terhadap unggas lokal Indonesia.
“Saat ini usaha dalam bidang unggas lokal sedang menggeliat. Saya harap acara ini dapat menambah wawasan mahasiswa. Saya berharap mahasiswa dalam membuat tugas akhir dapat membahas dan melihat tentang unggas lokal. Berdasarkan data di Himpuli, perkembangan dua komoditas ayam lokal dan itik ini sangat prospektif,” ujarnya. (ipb.ac.id)